YAKUZA --Mafia Jepang

YAKUZA atau gokudo adalah nama dari sindikat terorganisir di Jepang (mafia Jepang). Yakuza sudah ada sejak abad ke-17. Kelompok mafia ini mempunyai ciri khas yaitu badan yang penuh tato. Sampai sekarang sudah memiliki 110.000 anggota aktif dari 2500 keluarga. Kegiatan mereka meliputi perdagangan gadis seks dari Eropa dan Amerika, prostitusi dan penyelundupan manusia secara illegal. 

Sejarah Yakuza dimulai pada tahun 1612 saat shogun Tokugawa berkuasa dan menyingkirkan shogun sebelumnya. Pergantian ini mengakibatkan sekitar 500.000 orang samurai yang sebelumnya disebut hatomo-yakko (pelayan shogun) menjadi kehilangan tuan, atau disebut sebagai kaum ronin.

Banyak dari para ronin menjadi penjahat. Mereka disebut sebagai kabuki-mono atau samurai nyentrik urakan yang ke mana-mana membawa pedang. Mereka berbicara satu sama lain dalam bahasa slang dan kode rahasia. Terdapat kesetiaan tinggi antara sesama ronin sehingga kelompok ini sulit dibasmi.


Dua kelas Machiyoko
UNTUK melindungi kota dari para kabuki-mono, kota-kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko yaitu semacam satgas desa. Terdiri dari para pedagang, pegawai, dan orang biasa yang mau menyumbangkan tenaganya untuk menghadapi kaum kabuki-mono. Walaupun mereka kurang terlatih dan jumlahnya sedikit, tetapi ternyata para anggota machi-yokko ini sanggup menjaga daerah mereka dari serangan para kabuki-mono. Di kalangan rakyat Jepang abad ke 17, kaum machi-yokko pun dianggap sebagai pahlawan.

Masalah merumit karena setelah berhasil menggulung para ronin, para anggota machi-yokko malah meninggalkan profesi awal mereka dan memilih menjadi preman. Hal ini diperparah dengan turut campurnya shogun dalam memelihara para machi-yokko. Ada dua kelas profesi para machi-yokko, yaitu kaum bakuto (penjudi) dan tekiya (pedagang).

Namanya saja kaum pedagang tetapi pada kenyataannya kaum tekiya ini suka menipu dan memeras sesama pedagang. Walau begitu, kaum ini punya sistem kekerabatan yang kuat. Ada hubungan kuat antara oyabun (bos) dan kobun (bawahan), serta senpai-kohai (senior-junior) yang kemudian menjadi kental di organisasi Yakuza.


Kaum bakuto, kaum penjudi
Kaum bakuto punya sejarah yang unik. Awalnya mereka disewa oleh shogun untuk berjudi melawan para pegawai konstruksi dan irigasi. Tindakan ini dilakukan agar gaji para pegawai konstruksi dan irigasi habis di meja judi dan tenaga mereka bisa disewa dengan harga murah.

Jenis judi yang biasa dilakukan adalah menggunakan kartu hanafuda dengan sistem permainan mirip black jack. Tiga kartu dibagikan dan bila angka kartu dijumlahkan, maka angka terakhir menunjukkan siapa pemenang, diantara sekian banyak kartu sial kartu berjumlah 20 adalah yang paling sering disumpahi orang, karena berakhiran nol. Salah satu konfigurasi kartu ini adalah kartu dengan nilai (8-9-3) yang dalam bahasa Jepang menjadi ‘ya-ku-za’ yang kemudian menjadi nama asal yakuza.

Dari kaum bakuto muncul tradisi menandai diri dengan tato di sekujur badan (disebut irezumi) dan yubitsume (potong jari) sebagai bentuk penyesalan ataupun sebagai hukuman. Awalnya hukuman ini bersifat simbolik, karena ruas atas jari kelingking yang dipotong membuat pemilik tangan menjadi lebih sulit memegang pedang dengan mantap. Hal ini menjadi simbol ketaatan terhadap pimpinan.



Yakuza modern
WAKTU pun berlalu, kaum bakuto dan tekiya menjadi satu identitas sebagai yakuza. Kaum yang asalnya bertugas melindungi masyarakat – menjadi ditakuti masyarakat. Para pimpinan Jepang memanfaatkan hal ini untuk mengendalikan masyarakat dan menggerakkan nasionalisme. Yakuza ikut direkrut oleh pemerintah Jepang dalam aksi pendudukan di Manchuria dan Cina oleh Jepang tahun 1930-an. Para yakuza dikirim ke daerah tersebut untuk merebut tanah, dan memperoleh hak monopoli sebagai imbalan.

Peruntungan kaum Yakuza berubah setelah Jepang menyerang Pearl Harbour. Militer mengambil alih kendali dari tangan Yakuza. Para anggota Yakuza akhirnya harus memilih apakah bergabung dalam birokrasi pemerintah, jadi tentara atau masuk penjara. Dapat dikatakan pamor Yakuza menjadi tenggelam.

Setelah Jepang menyerah, para anggota Yakuza kembali ke masyarakat. Muncul satu orang yang berhasil mempersatukan seluruh organisasi Yakuza. Orang itu adalah Yoshio Kodame, seorang eks-militer dengan pangkat terakhir Admiral Muda (yang dicapainya di usia 34 tahun). Kodame berhasil mempersatukan dua fraksi besar Yakuza, yaitu Yamaguchi-Gumi yang dipimpin Kazuo Taoka, dan Tosei-Kai yang dipimpin Hisayuki Machii.

Yakuza pun bertambah besar keanggotaannya terutama di periode 1958-63 saat organisasi Yakuza diperkirakan memiliki anggota 184.000 orang atau lebih banyak daripada anggota tentara angkatan darat Jepang saat itu. Yoshio Kodame dinobatkan sebagai godfather-nya Yakuza.***