Salakanagara Peradaban Tertua Nusantara

SALAKANAGARA merupakan kerajaan pertama di Nusantara yang berlokasi di daerah Banten. Jadi, bukan Kutai seperti yang kita percayai selama ini. Pendirinya adalah Dewawarman, bergelar Prabu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara.

Dewawarman berasal dari Negeri India. Oleh Kerajaan Pallawa di India, ia ditugaskan untuk menjadi duta negara ke sebelah barat Pulau Jawa. Ia kemudian menjadi raja kecil di pesisir barat Banten. Nama Raksagapurasagara kiranya mengingatkan kita pada Gunung Raksa di Pulau Panaitan, tempat di mana ditemukannya sejumlah arca Siwa dan Ganesa.

Setelah tiba di Ujungkulon, Dewawarman menikah dengan Pwahaci Larasati, anak dari kepala desa setempat bernama Aki Tirem Luhurmulya. Aki Tirem sendiri berasal dari Swarnabhumi (Sumatera), sementara leluhurnya berasal dari India.

Dewawarman bersama anak buahnya, baik yang berasal dari India maupun penduduk pribumi, harus senantiasa menjaga ketertiban dan keamanan wilayahnya. Bandar-bandar yang terletak di tepi laut atau di muara sungai itu sering dijambangi perompak. Diceritakan, pada suatu hari ada perahu perompak yang nekat berlabuh sehingga perahu mereka dikepung oleh pasukan Dewawarman. Berlangsunglah pertempuran yang alot. Sebanyak 37 orang perampok mati terbunuh, sedangkan yang tertawan dan luka-luka sebanyak 22 orang. Perompak yang tertawan lalu dihukum gantung. Sementara Aki Tirem memperoleh perahu lengkap dengan senjata dan perlengkapannya.

Sebagai perwujudan terima kasih, Aki Tirem mengadakan utsarwakarma atau upacara jamuan lengkap dengan pertunjukan kesenian. Singkat cerita, para anak buah Dewawarman menikah dengan pribumi setempat dan beranak-pinak di sana. Tatkala Aki Tirem sakit parah, ia menyerahkan daerah kekuasaannya kepada Dewawarman, menantunya. Setelah Aki Tirem wafat, Dewawarman segera mengumumkan berdirinya kerajaan Hindu di Ujungkulon bernama Salakanagara. Pwahaci Larasati pun menjadi permaisuri dengan gelar Dewi Dhwanirahayu.

Disebutkan dalam pustaka tersebut, Dewawarman memerintah tahun 130-168 Masehi. Keterangan ini tak bertentangan dengan kronik (berita) Cina yang menyebutkan bahwa pada tahun 132 M di wilayah Jawa bagian barat ada raja bernama Pien dari Kerajaan Ye Tiao. Pien merupakan nama Cina untuk Dewawarman, sedangkan Ye Tiao adalah lafal Cina untuk Jawadwipa. Keterangan tertulis lain tentang keberadaan Salakanagara—yang berarti ‘Kota Perak’ atau disebut juga Rajatapura adalah catatan ahli geografi Yunani Kuno bertahun 150 M, Ptolemeus. Ia menulisnya dengan nama Argyre.

Wilayah Salakanagara meliputi daerah Banten, termasuk semua pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa, dan laut yang membentang antara Jawa dan Sumatera. Karena letaknya strategis, Salakanagara merupakan tempat perahu dagang berlalu-lalang dari arah barat ke timur dan sebaliknya. Maka dari itu, perahu-perahu tersebut mau tak mau harus singgah di sana dan menghadiahkan persembahan/upeti kepada raja (semacam pajak). Sebagai imbalannya, perahu tersebut mendapat perlindungan dari raja. Sebaliknya, para perompak dan pengacau keamanan akan ditindak keras: perahu mereka dirampas, perompaknya dihukum gantung! ***

Raja-raja yang memerintah
RAJATAPURA adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman. Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya tahun 130-362 Masehi. Raja Dewawarman sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya (Raja Dewawarman VIII) atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363.

Karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 M oleh Jayasinghawarman, seorang Maharesi dari Calankayana, India, yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya. Setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah. Adapun urutan raja Salakanagara, sbb:

130-168 Dewawarman 
Prabu Dharmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara; pedagang asal Bharata, India.
168-195 Dewawarman II 
Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra; putera tertua Dewawarman.
195-238 Dewawarman III 
Prabu Singasagara Bimayasawirya; putera Dewawarman II.
238-252 Dewawarman IV
Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon.
252-276 Dewawarman V, Menantu Dewawarman IV.
195-238 Dewawarman III
Prabu Singasagara Bimayasawirya.
276-289 Mahisasuramardini
Puteri tertua Dewawarman IV dan isteri Dewawarman V,
karena Dewawarman V gugur melawan bajak laut.
289-308 Dewawarman VI 
Sang Mokteng Samudera; putera tertua Dewawarman V.
308-340 Dewawarman VII 
Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati; putera tertua Dewawarman VI.
340-348 Sphatikarnawa
Sphatikarnawa Warmandewi; puteri sulung Dewawarman VII
348-362 Dewawarman VIII
Prabu Dharmawirya Dewawarman; cucu Dewawarman VI
yang menikahi Sphatikarnawa, raja terakhir Salakanagara
362 Dewawarman IX 
Salakanagara telah menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara ***

Mapulung Rahi dan Gotraswala
KERAJAAN Hindu pertama Salakanagara menurut Yoseph Iskandar dibuktikan berdasarkan literatur yang sebelumnya pernah ada. Sumber literatur berasal dari Pangeran Wangsakerta, Kasepuhan Cirebon dan bukti-bukti fisik yang ada di Pulau Panaitan serta tersebar di w
Menurut pakar sejarah Edi S. Ekadjati, dalam buku Naskah Sunda (1988), Pangeran Wangsakerta pada tahun 1677 M hasil pertemuan kekeluargaan (mapulung rahi) dan musyawarah (gotraswala) menyusun naskah berseri berjumlah 47 naskah, 4 di antaranya ditemukan di Banten. Huruf yang ditulis umumnya berasal dari bahasa Kawi gaya Cirebon dengan menggunakan tinta Jafaron. *** 

Sumber lain: Aki Tirem Leluhur Orang Betawi?
SALAKANAGARA dalam Naskah Wangsakerta disebut-sebut sebagai kerajaan awal di Indonesia. Naskah tersebut kemudian diuraikan dalam sejarah Jawa Barat dan menghubungkan dengan sumber berita luar tentang Salakanagara. Sumber berita yang sangat berpengaruh dan memberikan inspirasi bagi para peneliti adalah berita dari Cina yang menyebut-nyebut raja Ye Tiao bernama Tiao Pien mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 132 M. Nama Ye Tiao diduga Yawadwipa atau Yabadiu, sedangkan Tiao Pien dipersamakan dengan Dewawarman.

Berita Cina bukan satu-satunya sumber rujukan, karena keberadaannya dianggap lebih serius setelah dihubungkan dengan tulisan Ptolomeus, ahli ilmu bumi mesir, dalam buku ‘Geographia’, ditulis tahun 150-an M. Ptolomeus menyebutkan di ujung barat Iabadiou (Jawadwipa) terletak Argyre (Kota Perak). Dari kedua berita ini kemudian para ahli menarik kesimpulan adanya sebuah kerajaan di pulau jawa bagian barat.

Di dalam sejarah lokal, konon letak Salakanagara berada di sekitar Kab. PandeglangProv. Banten. Peninggalan yang dianggap berkaitkan dengan Salakanagara tersebar di Cihunjuran, Citaman, Gunung Pulosari, dan Ujung Kulon, bahkan diperkirakan memilki kaitan dengan wilayah sekitar Gunung Salak dan Gunung Padang Cianjur. Tapi tokoh Betawi, Ridwan Saidi dalam bukunya Babad Tanah Betawi mengkalim Salakanagara terletak di Kali Tirem, Warakas, Tanjung Priuk, bahkan menyebut-nyebut Aki Tirem sebagai leluhur orang Betawi.

Kegamangan menentukan letak Salakanagara dalam peta Indonesia sangat wajar, mengingat tidak ada bukti fisik sejarah yang telah diakui dengan jelas dan bisa dijadikan patokan. Semacam prasasti, atau tanda-tanda lainnya. Dimungkinkan pula kegamangan ini karena tidak diperhitungkannya perubahan alam, seperti telah meletusnya Gunung Krakatau pada abad ke-17, dikenal dengan nama Nusa Api.

Penelusuran sejarah Salakanagara sebaiknya tidak hanya terfokus pada masalah yang bersifat berita komunikasi tertulis yang memang sangat terbatas, namun jauh lebih bijak jika dipertimbangkan pula sumber dari cerita-cerita rakyat atau petutur sejarah lisan. Penelusuran dapat juga dilakukan melalui cara mencari asal-usul kerajaan sebelumnya, seperti mencari asal-usul kerajaan Tarumanagara. Konon Kabar kerajaan ini merupakan tuturus dari Salakanagara.

Dalam cerita lisan urang Sunda mengenal kisah Dewata Cengkar dan Abusaka. Yang satu dianggap asli Indonesia sedang yang lain dari tanah seberang. Kisah ini lebih banyak menceritakan adanya pertemuan budaya, namun memang seolah-olah ada cerita yang kurang enak mengenai dominasi asing terhadap pribumi. Sebagai pangeling-ngeling-nya maka lahirlah penanggalan Saka Sunda. Sayang ceritanya hanya terbatas untuk komunitas tertentu. Sehingga agak sulit melacak ka girangna. Namun di dalam sejarah Jawa Barat disebutkan pertanda adanya sentuhan budaya dari India. ***

Arti Salakanagara
SALAKANAGARA dalam sejarah Sunda (Wangsakerta) disebut juga Rajatapura. Salaka (=perak); nagara (=kota). Sehingga Salakanagara banyak ditafsirkan sebagai Kota Perak atau Argyre (Ptolomeus). Salakanagara sampai dengan masa Aki Tirem, baru bebentuk suatu komunitas masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, bahkan namanya pun belum disebut Salakanagara, hanya dipimpin atau dikelola oleh penghulu, Salakanagara resmi menjadi kerajaan ketika masa Dewawarman I, menantu Aki Tirem yang menikahi putri Aki Tirem, bernama Pwahaci Larasati (urang Sunda menyebutnya Dewi Pohaci).

Jauh-jauh hari sebelum berbentuk kerajaan, Salakanagara dikenal sebagai kota perdagangan dan persinggahan para Saudagar Asia; Arab, India dan Cina. Sehingga wajar jika keberadaan Salakanagara diberitakan oleh mereka. ***