Demonstrasi Dalam Perspektif Islam

 Mang Eep "Digantung" di Lampu Merah


Berpegang teguhlah kalian pada tali agama, dan janganlah bercerai-berai.
(QS. Ali Imran: 30)

DARI Ibnu Abbas ra., Rasulullah Saw. bersabda, “barangsiapa melihat pada pemimpinnya suatu kezaliman, hendaklah ia bertaubat, karena siapapun yang memisahkan diri sejengkal saja dari jemaah, kemudian ia mati, maka matinya jahiliyyah!” (Muttafaqun ‘Alaih)

Akan ada sepeninggalku para pemimpin yang tidak mengambil petunjukku (sunnahku), akan muncul pula di tengah-tengah kalian orang-orang yang berhati syetan, wujudnya saja manusia.Hudzaifah ra. Bertanya, “apa yang harus kuperbuat jika aku mendapatinya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “hendaklah engkau tetap mendengar dan taat kepada penguasamu, meskipun puinggungmu dipukul dan hartamu dirampas.” (HR. Muslim)

Sungguh Nabi Saw. telah memperingatkan kita dari bahaya dan kesesatan pemberontak (khawarij). Mereka senantiasa mengkafirkan pemerintah dan orang-orang pro-pemerintah; menghalalkan darah dan harta kaum Muslimin; bahkan membunuh anak-anak mereka, dengan dalih bahwa tindakan ini merupakan bagian dari jihad, yang merupakan amalan tertinggi dalam Islam.

Dalam perjalanan sejarah, mereka, kaum khawarij, telah menumpahkan tiga orang mulia; saabat terbaik Nabi Saw.. Antara lain Umar bin Khaththab ra., Utsman bin Affan ra., dan Ali bin Abi Thalib ra. Khalifah Umar ra. yang menggantikan kepemimpinan Abubakar ash-Shiddiq ra., ditikam pada waktu beliau mengimami salat berjamaah. Khalifah Utsman ra. dibunuh di rumahnya setelah dikepung kaum khawarij. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Dibunuh oleh salah seorang gembong khawarij bernama Ibnu Muljim. ***


PARA ulama membedakan jenis pemberontakan menjadi dua; pemberontakan bersenjata; dan pemberontakan lisan. Pemberontakan lisan biasanya berbentuk aksi-aksi demonstrasi, provokasi, dan penyebaran pamphlet-pamflet yang menghujat pemerintah. Pemberontakan jenis ini tetap memicu pemberontakan jenis pertama. Permberontakan lisan, pertama kali dilakukan oleh orang bernama Dzulkhuwaishirah.

Imam Bukhari ra. meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri ra., “Saat kami sedang bersama Rasulullah Saw., yang sedang membagi-bagikan harta, tiba-tiba datang Dzulkhuwaishirah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, berlaku adillah!” Rasulullah Saw. bersabda, “Celaka kamu! Siapa lagi yang bisa berlaku adil, jika aku tidak adil! Berdosa dan rugilah aku jika aku tidak berbuat adil.” Maka Umar ra. Berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya.”

Rasulullah Saw. menjawab, “biarkan dia, sesungguhnya dia mempunyai pengikut yang akan membuat kalian merasa salat kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan salat mereka. Juga shaum kalian dibandingkan shaum mereka. Mereka membaca Alquran tetapi tidak bisa melewati kerongkongan mereka. Mereka terlepas dari agama, seperti melesatnya anak panah dari busurnya.” ***


AKSI terorisme dewasa ini, ledakan bom yang terjadi di Indonesia, yang mana dilakukan oleh aktivis Islam, tidak lepas dari akidah dan ideologi sesat khawarij, yang mana pengalaman agama mereka hanya berlandaskan semangat dan emosi belaka, tanpa akidah ilmu yang benar.

Tidak ada unjuk rasa di Bumi Pertiwi, baik yang dilakukan oleh mahasiswa, LSM, ormas-ormas, buruh, maupun masyarakat sipil, melainkan ada pihak-pihak tertentu yang memicu, menunggangi, atau mengompori mereka, yang seringkali berujung pada kericuhan. Demonstrasi bukan sarana yang tepat untuk menguliahi pemerintah. Demonstrasi lebih merupakan bentuk tasyabuh, yaitu perbuatan (menyerupai) orang-orang kafir. “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka mereka termasuk kaum tersebut.” (HR. Abu Daud)

Mereka menyebut diri mereka fisabililliah, padahal mereka bekerja berlandaskan syubhat (kekaburan pemahaman).

Sungguh 60 tahun di bawah pemimpin yang zalim lebih utama, ketimbang satu malam tanpa pemimpin. Tidak ada agama kecuali dengan jemaah. Tidak ada jemaah kecuali dengan kepemimpinan. Dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan dengar dan taat. Keluar dari ketaatan terhadap penguasa termasuk di antara sebab terbesar munculnya fitnah, kerusakan, penyimpangan, dan berkuasanya orang-orang jahil. Kebodohan menyebar, dan kedudukan-kedudukan penting dalam pemerintahan, dikuasai oleh orang-orang jahil.

Demi Allah, tidak tegak agama ini kecuali dengan adanya mereka (para penguasa, walau mereka itu zalim) Sesungguhnya apa yang Allah perbaiki terhadap mereka, lebih banyak daripada kerusakan yang ditimbulkan,” kata Abdul Aziz an-Nashi ar-Rasyid. Lagipula Rasul Saw. Bersabda, “berjamaah itu rahmat, dan perpecahan itu azab.” Haidts ini telah sedemikian relevan dengan peribahasa kita yang lebih popular, “bersatu kita kukuh, bercerai kita rapuh.”

Pelajaran apa yang bisa kita ambil?

1. Memisahkan diri dari jemaah, tidak taat pada penguasa, sama dengan meninggalkan sunnah. Karena “barangsiapa memisahkan diri sejengkal saja dari jemaah, jika ia mati, maka matinya jahiliyyah!”

2. Demonstrasi memicu terjadinya pemberontakan bersenjata yang berdampak langsung pada keamanan dan menyebabkan kerusakan.

3. Keluar dari ketaatan terhadap penguasa termasuk di antara sebab terbesar munculnya fitnah yang berdampak pada berkuasanya orang-orang jahil dalam pemerintahan.

4. Demonstrasi merupakan bentuk tasyabuh (perbuatan orang-orang kafir)

5. 60 tahun di bawah pemimpin yang zalim lebih utama dari satu malam tanpa pemimpin, karena berjamaah adalah rahmat, sedang perpecahan adalah azab. “Sesungguhnya apa yang Allah perbaiki terhadap mereka, lebih banyak daripada kerusakan yang ditimbulkan,”

Wallahu’alam Bishshawab. ***