Tamlikha and The Seven Sleepers

Ashab al-Kahfi

TERSEBUTLAH seorang pemuda bernama Mikha (a.k.a. Tamlikha). Dia adalah seorang kurir bagi kelompoknya yang tinggal mengungsi di dalam sebuah gua di Faikhayus Hills. Adapun Mikha, salah satu dari tujuh “Penghuni Gua” yang mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat Kota Afsus. Karena raja mereka, Raja Decius, seorang musyrik yang menyerukan kepada seluruh rakyatnya agar menyembah berhala.

Ketujuh pemuda, selain Mikha, antara lain bernama Max, Martin, Kastunus, Bairunus (Brian), Danimus (Danny), dan Yathbunus, dan seekor anjing yang menyertai mereka, Khitmir. Namun Mikha seoranglah yang mendapat tugas memasang telinga di keramaian kota untuk memperoleh informasi mengenai tindak-tanduk raja. Hingga terdengar berita, Raja Decius sedang mencari ketujuh pemuda itu. Mereka diminta kembali ke kota dan menyembah berhala, atau mereka akan mati dihukum raja.

Max, sang ketua, dan para penghuni gua lainnya meratapi kegundahannya, mendengar berita yang disampaikan kawan mereka, Mikha. Serta-merta mereka memanjatkan doa dan berserah diri ke hadirat-Nya, hingga Tuhan menidurkan ketujuhnya, tak terkecuali Khitmir, anjing mereka. Malang begitu Raja Decius mengetahui keberadaan mereka dalam gua. Raja memerintahkan hulubalang agar menutup gua itu selamanya, agar para penghuni di dalamnya mati semua.

Hari berganti, minggu berpacu, windu berlalu, abad merambat. Pada gilirannya, Kota Afsus dikuasai Raja Baidarus. Ia adalah orang yang menyembunyikan keimanannya pada masa pemerintahan Decius sebelum akhirnya ia wafat. Baidarus kemudian menjadi raja, di samping ia berjasa menuliskan riwayat tujuh pemuda yang mendapat perlakuan zalim dari raja terdahulu.
Raja Baidarus tidak bekerja seorang diri. Bersama kawannya yang bernama Rounas, keduanya menuliskan keteguhan keimanan penghuni-penghuni gua pada lempeng batu tulis, yang disebut Prasasti Kahfi yang mana salah satunya dipegang Mikha. ***


 Ashab al-Kahfi 2

PADA masa pemerintahan Raja Baidarus, rakyat terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang percaya akan Hari Kebangkitan; dan kelompok yang mengingkari peristiwa itu terjadi. Sang Raja gelisah seraya memohon kepada Tuhannya agar diberikan petunjuk bagi rakyatnya, yang menguatkan bahwa Hari Kebangkitan itu nyata.

Pada saat yang sama, seorang penggembala domba bernama Auliyas tengah membongkar pintu gua untuk dibuat kandang bagi domba-dombanya. Dentuman keras dari reruntuhan pintu gua membuat terjaga para penghuni gua yang tertidur di dalamnya. Mereka lantas bersujud, lalu saling bertanya satu sama lain apakah mereka telah seharian tidur.

Seperti kebiasaannya, Mikha pergi ke luar untuk melihat situasi kota sekalian berbelanja. Dan ia mendapati situasi kota sudah sangat berbeda dari terkahir kali dia tiba di Afsus. Orang menyebut kota ini memang bernama Afsus, tapi mereka terheran-heran dengan selembar uang dirham yang dibawa Mikha. Karena uang itu tidak pernah dikenal pedagang. Mereka justru bertanya apakah ini uang peninggalan Raja Decius. Lagipula penduduk Afsus telah terang-terangan memperlihatkan identitas agama mereka.

Mereka membawa Mikha ke istana. Mikha mengira ia akan dihadapkan pada Raja Decius. Namun rupa-rupanya ia dipertemukan dengan dua pejabat tinggi Kota Afsus, bernama Aryus dan Thontayus. Kedua pejabat ini menanyakan Prasasti Kahfi. Mikha mengajak mereka ke gua tempat pundi-pundi dan prasasti yang dimaksud disimpan dan ia diberitahu kalau dirinya bersama keenam kawan dan seekor anjing mereka, telah tidur selama 300 tahun dalam perhitungan masehi—atau 309 tahun dalam perhitungan hijriyah.

Peristiwa ini memberikan titik terang bagi masyarakat Raja Baidarus, bahwa kebangkitan mereka setelah 300 tahun adalah tanda-tanda kekuasaan Tuhan, akan adanya Hari Kebangkitan yang mana diperlihatkan melalui perantara tujuh pemuda saleh yang berpegang teguh pada prinsipnya mempertahankan keimanannya, kendati maut menjadi ancamannya. ***


Konsep Reinkarnasi
JIWA manusia itu kekal. Meskipun kematian fisik menandai akhir dari sebuah kehidupan. Kematian itu mengumandangkan sebuah transisi ke kehidupan selanjutnya. Kita dilahirkan tanpa ingatan sadar akan apa yang terjadi pada kehidupan-lalu kita, untuk focus pada pelbagai pelajaran hidup di kehidupan-sekarang.

Di Timur, reinkarnasi adalah salah satu sokoguru terpenting dan unsur yang esensial dalam iman Hindu-Buddha, Jain, dan Sikh. Meskipun reinkarnasi tidak dikenal dalam agama Shinto, namun setelah Buddha masuk ke Jepang pada abad ke-12, lambat-laun reinkarnasi menjadi bagian dari system kepercayaan di sana. Reinkarnasi bukanlah bagian dari Islam, namun kaum sufi sungguh-sungguh menerima konsep kelahiran-kembali itu.

Walaupun kebudayaan Barat Modern masih sulit menerima gagasan reinkarnasi, tampaknya perasaan-perasaan aneh seperti ketakutan yang tidak rasional dan de javu atau ketertarikan pada waktu dan ruang yang lama hilang, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di kehidupan-lalu. Ingatan kehidupan-lalu tersebut dapat dijadikan kunci untuk membuka rahasia berbagai ketakutan dan motivasi yang menghalangi kemajuan-kemajuan di kehidupan sekarang.

Richard Webster, penulis buku tentang metafisik dan hipnoterapi asal Selandia Baru telah membuka ingatan ratusan orang mengenai kehidupan-lalu mereka. Ia telah menyaksikan langsung efek-efek dramatis dari berbagai peristiwa dan trauma di kehidupan-lalu yang masih terbawa sampai sekarang.

Webster mengembangkan 12 metode yang dapat diterapkan oleh semua orang untuk mengakses ingatan kehidupan-lalu. Adapun keduabelas metode ini, antara lain disarikan kembali sebagai berikut, (1) analisa mimpi; (2) regresi hipnoterapi (regresi detak jarum jam; dan regresi roh pemandu); (3) metoda-metoda (metoda bola Kristal; dan metoda tongkat bersudut); (4) Teknik ingatan, perasaan, dan imajinasi; dan (5) meditasi (meditasi talenta; meditasi angka pelangi; dan meditasi akarshic). ***