Perjalanan Menuju Barat dan Penyebaran Agama



DI Samping pehobi, beberapa pesantren juga mengoleksi tanaman tin. Mereka mendatangkannya langsung dari Arab. Alasannya bukan karena kelangkaannya, tapi lebih kepada keistimewaannya menjadi nama surat dalam Alquran. Di Jakarta, tanaman ini dapat dijumpai di depan Masjid at-Tin, Taman Mini Indonesia Indah.

Senasib baik dengan zaitun, pohon tin disebut-sebut dalam Alquran. Bibel bahkan menyebut pohon—yang juga menaungi Gautama Buddha saat mengalami pencerahan—ini fig tree. Para ahli tanaman meyakini pohon tin tergolong tanaman purba yang sudah ada di Bumi sejak ribuan tahun yang silam. Ia masih ‘saudara sepupu’ dengan pohon beringin.



Pohon tin menyebar ke pelbagai belahan Dunia mengikuti penyebaran agama-agama abrahamik. Dari Semenanjung Arab ke Dataran Eropa, melalui Selat Gibraltar, pintu masuk penyebaran Islam ke Spanyol. Dari Eropa, tanaman ini dibawa oleh misionaris Kristen dari Spanyol dan Portugis ke Benua Amerika sekitar tahun 1520-an.

Meski disebut ‘buah’ tin, ia sebenarnya buah semu, bukan buah dalam pengertian biologi. Bagian yang biasa dimakan bukan buah sejati. Tapi bagian bunga yang berupa ratusan tangkai sari dan putik. Buah tin muncul dari ketiak daun, mereka sebesar bola pingpong. Berwarna ungu, merah, kuning, tergantung varietes.

Di Arab, buah tin biasa dijual dalam bentuk manisan mirip kurma, atau dibuat sirup. Saat pengeringan, buah tin mengeluarkan cairan kental gula, mirip umbi cilembu, ketika mengeluarkan ‘madu’-nya saat dioven. Cairan inilah yang selanjutnya dibikin sirup, sebelum akhirnya dicap.. ‘halal’. ***