Mata Kepalaku Sendiri

 
 
KEJADIAN ini terjadi saat Emily baru pulang kerja.
Maria, “kau menemui perempuan itu lagi, ‘kan?”
Emily, “siapa?”
“Perempuan itu!”
“Perempuan yang mana?”
“Perempuan yang kau temui tadi siang!”
“Apa? Siapa?’
“Dia!”
“Dia?”
“Bianca!”
“Bianca?”
“Iya, dia—Bianca!” (Hiks hiks.)

“Siapa yang memberitahumu?”
“Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, tauk!”
“Astaga. Aku benar-benar minta maaf, Sayang. Aku tak tahu kalau, kau akan cemburu padanya.”
“Aku tidak cemburu—yang benar saja!”
“Kau tidak cemburu?”
“Kau tak seharusnya bertemu dia di belakangku.”
“(Tapi) kejadiannya tidak terduga, Sayang.”
“Kejadiannya tak terduga katamu? Kau yang menghampiri dia, ‘kan?”
“Umm.. sebenarnya dia yang menghampiriku—apa kau benar-benar melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?”
“Tentu saja! Aku melihatnya sendiri!!”

“Aku tidak tahu kalau kau akan semarah ini. Aku benar-benar minta maaf.”
“Tentu saja aku marah! Kau sendiri, ingat ketika kau mengetahui Jerome datang menemuiku? Bagaimana reaksimu kala itu, uh? Padahal dia yang tiba-tiba datang padaku.”
“Apa? Terang saja, lelaki itu mantan pacarmu! Ha ha, katakan padaku, kau benar-benar melihatnya dengan mata kepalamu atau tidak?”
“I, iya~ kenapa?!!!”
“Ha ha, menurutmu kita sedang membicarakan Bianca yang mana?”

“Apa?”

“Dengar Sayang, seharian ini aku hanya menemui satu-satunya perempuan bernama Bianca. Dan orang itu tiada lain adalah putri tetangga kita yang baru mahu masuk SLA itu. Dia sengaja menemuiku tadi, karena ayahnya memintaku untuk membantu menyelesaikan suatu urusan terkait tertib administrasi anaknya di sekolah tempat aku bekerja. Faham?”
“Jadi?”
“Ya ya ya. Kau itu lucu sekali, Sayang.”
“Bianca, anak gadis itu?”
“Kau hanya menguping pembicaraanku di telefon, kemudian menuduhku yang tidak-tidak. Ck ck.”
“Siapa tauk kau memang menyukai anak itu!”
“Apa? Menurutmu seperti itu? Yang benar saja… ha ha ha!”
“…”

“Kau tauk, cuaca hari ini sangat panas. Aku capek. Aku perlu mandi. Kukira kau salah paham, Sayang.” (Kiss)
(Setelah itu, setelah Emily keluar dari kamar mandi…)
“Kau pasti tidak menutup klosetnya, ‘kan?”
“Hei, apa kau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri?”

“HUH! MENYEBALKAAN…!”
“ha ha ha.”

(dan saat Maria masuk toilet…)
“KAU MEMANG TIDAK MENUTUPNYAA!!!” Emily menutup kupingnya rapat-rapat. ***