Menutup Kloset


Menutup Kloset
KEBIASAAN buruk Emily—pada awal-awal perkawinanya dengan Maria—adalah lupa menutup kloset setiap selesai menggunakan. Ini membuat Maria, isteri Emily, harus agak bersitegang dengan suaminya perihal ini.
   
(Kali ini pada kesempatan berikutnya saat Emily baru pulang kerja…)
Maria, “Bisakah kau menutup kloset setiap kau selesai menggunakannya?”
Emily, “Aku cuma habis kencing doang.”
“Tutup kembali klosetnya, tak peduli apakah kau baru saja selesai kencing atau lebih dari itu, Sayang.”
“Kurasa aku sudah menutupnya, Sayang.”
“Kembalilah ke toilet untuk memastikan apakah klosetnya benar-benar sudah kau tutup!”
“Astagaa! Baiklaaah!”
“Kau lupa menutupnya, ‘kan?”
“Tidak—yang benar saja!”
“Kalau kau memang sudah menutup klosetnya. Kau tidak akan terus masuk ke toilet, ‘kan?” Pasti memang belum ditutup.
“Aku lupa menyiramnya…” Ya Tuhan. *** 


Jangan Lupa Siram
(HARI libur…)
Maria, “Tolong tempelkan ini di toilet!”
Emily, “Apa ini?” Itu sebuah kertas bertuliskan sebuah peringatan, “TUTUP LAGI KLOSETNYA!”
“Cih!”
“Ayo lakukan!”
“Ini hanya akan mengulang kesalahan tempo hari, saat aku lupa menyiram kloset.”
“Kalau begitu…” Maria menambahkan catatan di bawahnya, “JANGAN LUPA SIRAM!”
“Ini pun akan membuatku melakukan kesalahan baru.”
“Apa?!!”
“Aku akan lupa menaruh alat kencingku kembali ke tempatnya setelah digunakan.”
“Kalau begitu lupakan!” Maria meremas kertas itu dan melemparnya ke muka suaminya. Ck ck. ***