
Kenapa aku menemuinya? Tidak ada alasan istimewa, tanpa sengaja sesuatu mengenai dirinya masuk begitu saja ke dalam lubang telinga membangkitkan hasrat untuk mencari tahu atau bagaimana jika kubilang meyakinkan diri saja. Jadi, bukankah ia cukup tiba-tiba hadir di depanku? Lupakan.
Aku tidak bilang aku terpesona. Jatuh hati tentu tak pernah terbersit sedikit pun di benakku terhadapnya, karena sebaiknya memang jangan. Maria, seharusnya ia tampak karismatik tanpa perlu memasang aura keperempuanan yang kita sebut feminim. Yang terlihat jelas dari sini adalah sesuatu yang menakutkan seperti menyembulkan tantangan, bahkan pesan-pesan bernada ancaman menyudutkan. Entahlah, tak apalah mata, telinga, kuping, dan sesuatu di bawah sini sedemikian menderita untuk sementara ini.
Kesunyian tak selalu menenangkan, sebaliknya justru seringkali menjenuhkan. Bukankah tidak menyenangkan hidup sendirian meskipun di dalam Surga. Tuhan, tak ingat kapan atau apakah Dia pernah menghadiahiku Surga dan semacamnya.
Maria, perempuan itu. Ia mendekat, semakin dekat, jiwanya, raganya, hidung dan kemudian bibirnya semoga tampak nyata berbenturan tepat di lokasi sini, area terlarang dalam diri Michell Cainable, Jr. Peristiwa terburuk sekaligus mengesankan, dia akan tahu dan merasakan indahnya menentukan keputusan tanpa perlu ada penyesalan. Ketertarikan, candu, bahkan yang justru ia daptkan kemudian.. Maria, welcome to my Paradise, Michell’s Paradise.***