Mug



#8 Mug (Tes Urine)
“SAYANG, bangun! Hari sudah pagi!” Maria membangunkan suaminya suatu pagi.
“Lalu kenapa, uh? Sekarang ‘kan hari minggu?”
“Hayok kita kencing! Kau tidak mengenakan sarungmu belakangan ini, ‘kan? Ya! Kurasa kita harus tes urine, Sayang. Sebelum aku lupa dan lupa lagi melakukannya.”
“Kau jangan bodoh! Kau lakukan saja sendiri!” Emily menjawab dengan nada memelas.
“Koq begitu?”
“Menurutmu aku harus tes urine jugak, uh?”
“Tidak. Aku ingin kau melihat apakah aku melakukannya dengan benar. Dan menantikan hasilnya bersama-sama.”
“Aku yakin kau pernah melakukan ini sebelumnya.”
“Kau tidak mahu?”
“…”
“…”
“Ba, baiklaah..”
“Kalau terpaksa tidak usah!”
“Tidak apa-apa. Hayok!”
“He he. Ambil mug yang di sana!”
“Apa? Itu mug yang biasa kupakai, ‘kan?”
“Lalu kenapa?”
“Apa?—bahkan kau bertanya kenapa?! Cari wadah yang lain saja!”
“Tidak mahuu~~!!”
“Ini, pakai yang ini saja.”
“TIDAK! Aku tidak jadi tes urine’nya!! Aku kencing di kloset saja!!!!”
“GRRR!!!” ***


#9 Mug II
“SAYAANG, di mana mug yang biasa kupakai? Kau sengaja menyembunyikannya dariku ya?” Teriak Emily dari arah dapur.
“Apaaaa?” balas teriak Maria dari ruang tengah. “Ti, tidaak koooq..”
“Kenapa kau menyembunyikannya?” Setelah mereka berhadapan langsung.
“Tidak. Aku tidak menyembunyikannya.”
“Kau pasti menyembunyikannya, ‘kan?”
“Tidaak!”
“Kau tega sekali!”
“Sudah kubilang aku tidak menyembunyikannya!”
“Lalu kenapa sampai tidak ada, coba?”
“Mana kutahu!”
“Kalau bukan kau yang menyembunyikannya, menurutmu ada orang lain, uh?”
“Aku tidak tahu, aku tidak tahu, aku tidak tahu!!”
“Kau yakin tidak lupa menaruhnya di suatu tempat? Itu mug kesayanganku. Tidak boleh sampai hilang!
“Masa bodoh! Orang tidak tahu!”
“Aku yakin ini perbuatanmu! Kau ingin menggunakannya untuk wadah air kencingmu, ‘kan?—tes urine itu?”
“Ha ha.”
“Tuh kan?”
“Heh, jangan sembarangan menuduh, ya?!” Maria bangkit dari tempat duduknya depan teve.
“Akan kucari di semua sudut rumah!”
“Silahkan saja! Dasar keras kepala! Mau menang sendiri!”—Kuharap kau tidak akan pernah menemukannya! Ha ha! ***


#10 Mug III
“SAYANG, bangun, Sayang. Hari sudah pagi.”
“Uh?”
“Sayang, aku hamil.”
“Apa? Benarkah?” Seketika Emily pun sumringah.
“Iya. Lihat saja,” seru Maria, seraya memperlihatkan alat tes kehamilan.
“Waah, benar. Kau hamil! Selamat ya Sayang. Mikey akan punya adek. Ha ha.”
“Tentu!” Kemudian Maria mencelupkan kembali alat tes kehamilannya ke air kencing dalam mug Emily.
“Astaga! Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kau hamil! Kalau perlu air kencing ini kuminum sampai habis! ***